zidCreative - Blog Sains & Teknologi

Monumen Kapal Van der Wijck, Haruskah dibiarkan ?

ZidanRasyidi
13 Apr 2025
Sejarah
Monumen Kapal Van der Wijck, Haruskah dibiarkan ?

Siapa disini yang tidak kenal dengan film Tenggelamnya kapal van der wicjk yang diambil langsung dari novel yang berjudul sama karya buya hamka ?, bagi kalian yang telah menonton filmnya hingga selesai tentu akan sangat terbawa kisah romansa antara zainuddin dan hayati dipadu dengan suasana zamal kolonial belanda di tahun 1930 an yang membuat kisahnya baik dalam film maupun novelnya menjadi sangat menarik untuk dilihat dan dibaca.

namun, tahukah kamu bahwa kisah tenggelamnya kapal Van der Wicjk bukanlah dongeng atau mitos semata, namun benar-benar kisah nyata yang terjadi di bulan oktober tahun 1936. Menurut koran "Bataviaasch Nieuwsblad", koran asal hindia yang terbit di tahun 1936 mengabarkan bahwa kapal tersebut tenggelam setelah meninggalkan surabaya dan kemudian diketahui bahwa lokasi tenggelamnya berada di perairan lamongan tepatnya di wilayah Brondong, kisah selengkapnya dan arsip tentang kapal van der wicjk bisa kamu temui di LamonganPos.com.

Koran Bataviasch Nieuwsblad

saking terkenalnya berita ini, sampai-sampai banyak orang menganggapnya "Titanic van Java" karena memang kapal ini adalah yang terbesar di hindia belanda pada saat itu sehingga banyak orang yang menyamainya dengan peristiwa kapal titanic. tidak hanya itu, sastrawan sekaligus tokoh agama dari tanah minang yang sekaligus tokoh Muhammadiyah yang pernah menjadi menteri agama yakni Buya Hamka mengangkatnya dalam sebuah novel yang ditulis langsung oleh beliau dan membuat kisah ini lebih dikenal dan dikenang hingga saat ini.

Jejak lainnya selain daripada novel dan film tenggelamnya kapal van der wicjk dan juga berbagai arsip media yang menyimpan bukti dan foto-foto sejarah kapal van der wicjk, ada juga satu bukti yang tak terbantahkan dan menurut saya adalah bukti utama yaitu tugu kapal van der wicjk yang ada di desa Brondong, Lamongan yang tidak lain adalah lokasi tenggelamnya kapal tersebut.

Tugu ini sengaja dibangun oleh pemerintah hindia belanda sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada masyarakat sekitar khususnya bagi nelayan yang telah menolong para korban kapal van der wicjk tersebut. tugu ini berdiri tegak di halaman TPI lama Brondong dan tertulis jelas dalam plakat berbahasa indonesia dan belanda.

Plakat di tugu kapal van der Wijck

Sebagai pemuda brondong yang tinggal di sekitar tugu tersebut, rasanya sangat ingin bilaman tugu tersebut tidak hanya berdiri sendiri kesepian dan hanya menjadi saksi bisu atas peristiwa legendaris yang turut mengangkat citra lamongan tersebut, melainkan juga dikembangkan sebagai sarana edukasi sejarah maupun literasi bagi masyarakat luas yang berpotensi membuka peluang usaha dan pariwisata baru di area tersebut.

Melihat nilai historisnya yang cukup bersejarah ditambah dengan masih relevannya novel karya buya hamka tersebut menjadikan monumen ini sangat layak untuk di eksplorasi secara luas. Menurut pendapat penulis, ada beberapa hal yang bisa dikembangkan dari tugu kapal van der Wijck, diantaranya :

  • Wisata Sejarah

Tidak jauh dari lokasi monumen juga terdapat peninggalan sejarah yaitu makam sunan sendang duwur, sunan drajat, sunan bonang dan Asmoroqondi dan  yang secara jalur juga menjadi lewatan para peziarah tersebut sehingga potensi untuk dijadikan wisata sejarah bagi para wisatawan yang ingin sekedar singgah maupun berfoto-foto dengan monumen bersejarah ini. dan karena lokasi tugu tersebut dulunya dalah bekas TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang saat ini sudah dipindahkan maka jika pemerintah dan pihak pemangku kepentingan bersedia, maka area tugu dapat diluaskan sehingga mampu menampung para wisatawan yang lewat

  • Taman Edukasi dengan sentuhan teknologi

Selain terkenal karena sejarahnya, film dan novel tenggelamnya kapal van der wijck yang sempat naik daun di tahun 2013 an masih juga relevan dan masih bisa dirasakan sampai saat ini. oleh karena itulah hal ini menjadi potensi besar apabila di sekitar tugu dibuat bangunan seperti museum, galeri dan sejenisnya yan menyimpan foto, miniatur kapal, nama-nama dan foto nelayan yang menolong, benda-benda unik yang barangkali masih bisa ditemukan, hingga koleksi dan penjelasan novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck karya Buya Hamka.

dan karena sekarang eranya teknologi, maka alangkah baiknya dikemas dalam bentuk futuristik seperti menggunakan teknologi AR (Augmented Reality) yang memungkinkan pengunjung merasakan sensasi jalan-jalan di kapal van der wijck melalaui rekonstruksi desainnya, Menggunakan screen display untuk menampilkan data-data peristiwa dengan lebih manarik, hingga menggunakan AI untuk mengedukasi pengunjung.

  • Pengembangan dan pemberdayaan UMKM Lokal

Sektor utama penggerak ekonomi desa Brondong adalah perikanan dan kelautan yang menjadi tulang punggung utama dari perekonomian desa. namun sektor ini rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca sehingga ketidakstabilan cuaca dan angin menjadi masalah serius bagi masyarakat brondong dan turut mempengaruhi sekor lain seperti bisnis cafe dan UMKM . Selain itu, sedikitnya sektor wisata di kecamatan brondong dan hampir tidak ada wisata di desa / kelurahan brondong selain hanya pantai-pantai kecil dan cafe membuat tugu kapal van der wicjk ini sangat berpotensi untuk dikembangkan dan akan bisa mendiversifikasi sumber pendapatan selain hanya mengandalkan sektor perikanan.

Novel tenggelamnya kapal van der wijck karya Buya Hamka

pada tahun 2022 pernah dilakukan survei oleh pemerintah kabupaten lamongan dan juga dinas terkait untuk mencari keberadaan bangkai kapal Van der Wijck namun saat ini belum ada hasil yang signifikan terkait upaya eksplorasi tersebut. Harapannya bagi pemerintah dan instansi serta dinas-dinas terkait yakni tidak lain dan tidak bukan adalah agar monumen ini tidak hanya dirawat tapi juga perlu dikembangkan dalam rangka membangun ekonomi, edukasi dan mensejahterakan masyarakat sekitar dan lebih jauh agar tugu ini menciptakan ekosistem yang baik bagi wisata, edukasi dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Bagikan artikel:

ZidanRasyidi

Zidan Rasyidi Lazuardani

Penulis

Komentar

Tinggalkan Komentar

Komentar Pembaca (0)

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!